ADA NAMA DIHATIKU
Ketika kita mencintai seseorang yang cintanya telah
termiliki, bukanlah hal yang mudah. Dan satu-satunya cara hanyalah mencintainya
secara diam diam. Namun ketika penantian berujung kebahagiaan, semua terasa
lebih indah. Menggeletar sepanjang waktu.
Gemerlap lampu dan suara petasan yang bergema,
ditambah iringan musik rebana yang mengiri arak-arakan
wisudawan-wisudawati Madrasah Diniyah Awaliyah
di desa dekat pantai itu terasa sangat meriah.
“Han
kamu kenal nggak sama Fahmi.?”
“Siapa?
Aku nggak kenal.”
“Masak
sih Han, padahal rumahnya nggak begitu jauh dari rumah kamu.”
“Aku
nggak kenal Nawa.” Jawab Hana sambil mempertegas.
Tiba-tiba
Nawa mengagetkan Hana yang sedang menikmati
malam bahagianya itu.
“Eh
Han, Han itu yang namanya Fahmi.” Sambil mengarahkan matanya kepada seorang
pria yang berdiri tepat di depannya.
“Oh,
si juru kamera itukah? Aku tidak pernah melihat dia sebelumnya.’’ Jawab Hana
dengan sedikit tidak mempedulikan.
Kilat-kilat
cahaya dari kamera yg dibawa Fahmi tersebut nampaknya membuat Hana terganggu,
apalagi tingkah Fahmi yang mengambil gambar secara diam-diam. Membuat Hana kembali melihat Fahmi dari kejauhan, tatapan
mata Hana sinis namun penuh tanya, ia memperhatikan Fahmi tanpa mengalihkan pandangannya kepada
siapapun, Hana mulai tergoda dengan senyum simpul Fahmi, Ia mulai merasakan
getaran yang tak biasa pada hatinya. Tapi Hana tak mempedulikan perasaan aneh
itu.
Hari-hari setelah wisuda Hana jadi sering melihat
Fahmi, Hana pun semakin penasaran dengan Fahmi. Berbagai pertanyaan muncul di
benaknya. Tanpa disengaja, pada suatu ketika Hana masuk kedalam Organisasi desa
yang biasa disebut dengan KarangTaruna. Di Karang Taruna Hana kembali melihat
Fahmi sebagai seorang pemimpin di organisasi tersebut.
“Sungguh
kebetulan yang tidak terduga.” Ucap Hana dalam hati.
Dari
situlah perkenalan dimulai, Hana dan Fahmi saling berjabat tangan untuk
menambah keakraban, Hana kembali
merasakan getaran yang tak biasa, mulai saat itulah Hana merasakan ada yang
aneh pada hatinya dan Hana jatuh cinta untuk yang pertama kalinya pada seorang
pria shaleh yang usianya lebih tua 5 tahun dari usianya. Awalnya dia ragu,
dengan cintanya kepada seseorang yang lebih pantas untuk menjadi kakaknya itu.
Satu
kali dalam seminggu mereka selalu bertemu untuk mengadakan acara rutinan Karang
Taruna. Pada setiap sambutan oleh pimpinan, Hana selalu mendengarkannya dengan
seksama apa yang tengah dibicarakan Fahmi, karena saat itulah Hana merasa
sangat bahagia saat mendengar suara Fahmi. Tapi anehnya Hana dan Fahmi tidak
seakrab teman-teman yang lain, mereka hanya saling tatap tanpa mengeluarkan
suara sedikitpun. Terkadang Hana pun merasa sangat malu ketika dia ketahuan
Fahmi bahwa dia sedang memperhatikannya, maka secepatnya Hana memalingkan
wajahnya untuk menyembunyikan segala cinta yang ada di matanya itu.
Sudah beberapa bulan Hana bergabung dalam anggota Karang Taruna,
kebetulan Organisasi tersebut hendak mengikuti lomba antar organisasi desa yang
diadakan oleh pihak daerah. Pada saat itu Fahmi sebagai seorang pemimpin
menunjuk Hana untuk mewakili lomba lari. Tentu saja Hana tidak akan menolaknya,
dia merasa sangat senang. Itu juga membuat Hana dan Fahmi menjadi semakin
dekat. Tapi ditengah-tengah kedekatan mereka, ada hal yang membuat Hana merasa
begitu sedih, Hana baru mengetahui kalau selama ini Fahmi sudah memiliki pujaan
hati, dan satu hal lagi yang membuat Hana sangat sedih adalah ketika dia
mengetahui bahwa sahabatnya juga mencintai orang yang sama. Maka setiap Nawa
bercerita banyak hal tentang Fahmi, Hana hanya bisa diam dan menahan cemburu,
dia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk mengakui bahwa ia mencintai Fahmi.
Semua
itu tidak menyurutkan rasa cinta Hana pada Fahmi. Hari perlombaan telah tiba,
maka Hana berfikir inilah saatnya membuktikan siapa dia sebenarnya, Hana ingin
Fahmi mengerti banyak hal tentang dia seperti Hana mengerti banayak hal tentang
Fahmi. Namun apa yang terjadi, kebohongan besar pun terungkap. Disaat Hana
sudah benar-benar siap, saat lomba itu hampir dimulai, Fahmi menggantikan posisi
Hana dengan orang lain tanpa alasan dan tanpa sepengetahuan Hana. Sedang Hana
saat itu sangat kecewa dengan sikap Fahmi, Hana berusaha untuk menahan
sedihnya, namun air mata terus saja keluar dari kedua bola matanya yang indah
itu, Fahmi melihat Hana menangis, dan dia juga tahu bahwa saat itu Hana benar-benar
terluka, namun Fahmi hanya menoleh sekejap lalu meninggalkan Hana. Setelah
kejadian itu rasa suka yang Hana miliki, berubah menjadi rasa benci. Dan
sayangnya rasa benci itu hilang begitu saja ketika Hana mendapat sapa dan
senyuman Fahmi ketika mereka saling bertemu.
Dua tahun telah berlalu, dan rasa cinta itu masih
bersemayam anggun dihati Hana, Hana tidak bisa berbuat apa-apa dengan perasaan
yang tak pernah ia inginkan sebelumnya, lomba antara organisasi yang setiap dua
tahun sekali dilaksanakan itu pun kembali diadakan, dan Fahmi kembali menunjuk
Hana untuk mewakili lomba lari tanpa rasa bersalah sedikitpun, Hana tidak bisa
berkata apa-apa, mulutnya membisu, dan dia hanya mengangguk kembali menerima tawaran Fahmi untuk
mengikuti lomba lari.
Hingga
pada saatnya tiba.
Fahmi
: “Apa kamu sudah siap.?”
Hana
: (hanya terdiam).
Fahmi
: “Aku bertanya padamu Hana, kenapa kau hanya diam, aku ingin mendengar
suaramu.”
Hana
: “Aku mengundurkan diri.”
Fahmi
: “Tapi kenapa.?”
Hana
: “Tanyakan saja pada dirimu.”
Fahmi
: “Ayolah Hana, berlatihlah untuk bertanggung jawab dan menepati janjimu, lomba
akan dimulai sebentar lagi dan kamu satu-satunya harapan kami.”
Hana
: “Sepertinya kamu lupa dengan kejadian dua tahun yang lalu, kamu cari saja
penggantiku semudah seperti saat kamu menyingkirkanku.”
Fahmi
: “Aku tahu aku memang salah, tolong maafkan aku.”
Hana
: “Semudah itukah kamu meminta maaf.? Seperti saat kamu meninggalkan aku begitu
saja setelah kamu melukai persaanku, aku tidak pernah menunggu permintaan
maafmu.”
Fahmi
: ”Baiklah, aku harap aku tidak bertemu lagi dengan seorang pendendam sepertimu.”
Fahmi
meninggalkan Hana begitu saja, sedangkan Hana merasa bimbang, mengapa malah
Fahmi yang marah padanya, hatinya semakin tak tenang ketika melihat Fahmi
begitu membencinya.
Hana
pun berteriak pada Fahmi, “Ternyata aku salah jika aku tidak bisa membencimu. Kau
pantas untuk dibenci.”
Setelah kejadian itu, Hana tidak pernah melihat
Fahmi lagi, Fahmi menghilang begitu saja dari hidupnya tapi tidak dari hatinya,
hatinya masih hanya untuk Fahmi. Dia merasa sangat kehilangan Fahmi, setiap
hari dia merindukan Fahmi, menunggu cintanya yang tak kunjung datang. Satu
tahun berlalu begitu cepat, tapi menunggu bukanlah hal yang mudah.
Diujung malam yang terang bulan, saat itu Hana
tengah menghadiri acara pernikahan Nawa, dia melihat kehadiran Fahmi ditengah-tengah
keramaian tersebut bersama seorang wanita. Hana tertegun melihatnya, setelah
sekian lama tidak melihat pria pujaannya itu, akan tetapi dia terbakar oleh api
cemburu yang membuat hatinya hancur berkeping-keeping saat melihat Fahmi tidak
berjalan sendiri di ujung sana. Hana memilih tempat yang sepi, dia menyendiri,
duduk di keheningan tanpa satu orangpun yang tahu akan kesedihannya, ia
tertunduk sambil meneteskan air matanya.
Tiba-
tiba seorang pria datang dan duduk di sampingnya.
Fahmi
: “Kenapa kamu menangis.?”
Hana
: “Terakhir kali aku dengar kamu berharap tidak bertemu lagi dengan soeorang
pendendam sepertiku, lalu untuk apa kamu kemari.?”
Fahmi
: “Aku kemari untuk mempertanyakan hatimu.”
Hana
: “Tidak ada yang perlu ditanyakan.”
Fahmi
: “Aku hanya ingin bertanya, apakah di hatimu itu masih tersimpan nama yang
sama, seperti saat kau jatuh cinta untuk pertama kalinya.?”
Hana
: “Apa yang kamu bicarakan.?”
Fahmi : “Aku
tahu bahwa kamu menyukaiku selama ini, semua itu nampak jelas dari matamu,
pesan singkat rahasia, penelpon tidak dikenal, itu semua darimu kan.?”
Hana : “Bagaimana mungkin.? Aku memang sudah yakin dari awal bahwa kamu telah mengetahui segalanya, tapi bukan ini yang aku inginkan, lagi pula itu sudah empat tahun yang lalu.”
Hana : “Bagaimana mungkin.? Aku memang sudah yakin dari awal bahwa kamu telah mengetahui segalanya, tapi bukan ini yang aku inginkan, lagi pula itu sudah empat tahun yang lalu.”
Fahmi : “Semua
memang berlalu begitu saja, dan aku juga tahu empat tahun tidaklah sebentar,
jadi bisa saja perasaan itu hilang dimakan waktu. Itukah yang kamu maksud.?”
Hana
: “Kamu tidak akan pernah tahu apa yang ada didalam hatiku, jadi kamu jangan
pernah membuat kesimpulan dari logikamu.”
Fahmi
: “Kalau memang kamu tidak mencintaiku lagi, coba katakan bahwa kamu membenciku.”
Hana:
“Aku membencimu.” Kata Hana dengan cepat sambil memalingkan wajahnya.
Fahmi
: “Berbohong saja kamu belum benar, cobalah katakan satu kali lagi bahwa kamu
membenciku, dan tatap mataku.”
Hana
tertegun mendengar perkataan Fahmi, tidak mudah baginya untuk menatap mata
Fahmi yang begitu damai ketika ia memandanginya. Hana pun semakin kesal dan
bertanya-tanya sebenarnya apa maksud Fahmi bicara seperti itu padanya. Dan
akhirnya Hana memberanikan diri untuk berkata pada Fahmi bahwa dia membencinya
untuk menutupi segala kebohongannya.
Hana
: “Aku membencimu” (Sambil menatap mata Fahmi).
Fahmi
: “Kamu memang pemberani, oh iya. Kamu percaya pada jodoh.?”
Hana
: “Iya, setiap orang mempunyai jodohnya masing-masing. Itu yang sering aku
dengar.”
Fahmi : “Iya itu memang benar, pernikahan Nawa dan Najha ini terjadi karena mereka juga berjodoh bukan. Entah selama ini aku memang benar-benar buta atau sengaja menutup mataku sehingga aku tidak dapat melihat cinta yang sebesar itu. Aku yakin bahwa wanita yang aku sukai itu adalah jodohku dan aku berharap kamu mau datang di acara pernikahanku nanti dengan wajah berseri-seri.”
Fahmi : “Iya itu memang benar, pernikahan Nawa dan Najha ini terjadi karena mereka juga berjodoh bukan. Entah selama ini aku memang benar-benar buta atau sengaja menutup mataku sehingga aku tidak dapat melihat cinta yang sebesar itu. Aku yakin bahwa wanita yang aku sukai itu adalah jodohku dan aku berharap kamu mau datang di acara pernikahanku nanti dengan wajah berseri-seri.”
Hana hanya
terdiam. “Inikah akhir dari penantianku yang berujung sia-sia.?” Ucapnya dalam
hati.
Fahmi pergi
meninggalkan Hana, dengan berharap Hana menanyakan siapa wanita yang menjadi
jodohnya itu, karena apa yang diucapakan Fahmi tadi sebenarnya untuk Hana.
Hana : “Fahmi.”
Teriak Hana yang menghentikan langkah Fahmi, dan itulah saat pertama dia
memanggil nama pria pujaan hatinya, selama bertahun-tahun, dia memberanikan diri
untuk hal ini.
Hana : “Kalau
boleh tahu, siapa seseorang yang ada dihatimu itu.?”
Fahmi : “Dia
adalah wanita yang sedang dihadapanku, tapi sayangnya dia begitu membenciku.”
Hana terdiam,
dan dia tidak menulikan telinganya untuk mendengar perkataan indah yang selama
ini dia tunggu bahkan hanya ada di angan.
Fahmi : “Kenapa
diam.? Kamu selalu memalingkan wajahmu ketika bicara padaku.”
Hana : “Kuharap
kamu tidak berbohong kali ini.”
Fahmi : “Tapi kamu saja berbohong padaku, kamu bilang kamu menbenciku bukan.? Kukira aku sudah terlambat untuk mencintaimu.”
Fahmi : “Tapi kamu saja berbohong padaku, kamu bilang kamu menbenciku bukan.? Kukira aku sudah terlambat untuk mencintaimu.”
Hana : “Selalu
ada hal yang membuatku semakin sulit untuk melupakanmu, selalu ada hal yang
membuatku semakin jatuh cinta padamu. Dan aku benci itu. Aku membencimu dengan
cintaku.”
Empat
tahun lalu Hana bukan siapa-siapa bagi Fahmi, orang bilang menunggu seseorang
yang jelas-jelas kita tahu bahwa dia tidak mungkin datang dihidup kita adalah
hal yang bodoh. Semua orang bebas untuk merasakan cinta bahkan menyimpannya
meski itu butuh waktu yang lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar